Senin, 22 September 2008

Hak-Hak Konsumen Indonesia

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah :

  1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

  2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

  3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

  4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

  5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

  6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

  7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

  8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

  9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Minggu, 21 September 2008

Lo tau gak SIH...???

BATA ITU TERNYATA ASALNYA BUKAN DARI INDONESIA LOH..!!

Sekitar 10000 pasang sepatu dan alas kaki lainnya dari lima benua menghuni Museum Bat,a, museum sepatu terbesar dan terlengkap di dunia. Demi melengkapi koleksi museumnya di Kanada itu, Sonya Bata istri pengusaha sepatu rela

merambah belahan dunia mana saja untuk berburu sepatu, dari pasar Tibet yang berdebu hingga kutub utara yang beku.Sejak beberapa generasi keluarga Bata membuat sepatu di desa Zlim Cekoslovakia, mereka menjadi kaya raya saat membuka pabrik sepatu dan membangun industry itu di negerinya. Perusahaan mereka pun memasok sepatu ke seantero dunia. Tahun 1939, saat Nazi bergerak menguasai Eropa Thomas Bata memindahkan perusahaan ke Kanada. Thomas menikahi Sonja yang asal Swiss pada tahun 1946. Sonya membantu suaminya membangun kembali bisnis keluarga Bata.

Jadi, udah jelas khan Bata itu dari Cekoslovakia,,bukannya dari Indonesia.=)

Lo tau gak SIH...???

Sekitar 10000 pasang sepatu dan alas kaki lainnya dari lima benua menghuni Museum Bat,a, museum sepatu terbesar dan terlengkap di dunia. Demi melengkapi koleksi museumnya di Kanada itu, Sonya Bata istri pengusaha sepatu rela merambah belahan dunia mana saja untuk berburu sepatu, dari pasar Tibet yang berdebu hingga kutub utara yang beku.Sejak beberapa generasi keluarga Bata membuat sepatu di desa Zlim Cekoslovakia, mereka menjadi kaya raya saat membuka pabrik sepatu dan membangun industry itu di negerinya. Perusahaan mereka pun memasok sepatu ke seantero dunia. Tahun 1939, saat Nazi bergerak menguasai Eropa Thomas Bata memindahkan perusahaan ke Kanada. Thomas menikahi Sonja yang asal Swiss pada tahun 1946. Sonya membantu suaminya membangun kembali bisnis keluarga Bata.

Jadi, udah jelas khan Bata itu dari Cekoslovakia,,bukannya dari Indonesia.=)

Minggu, 14 September 2008

Apa Kang Tu Bisnis...???



Apa kang tu bisnis..?? Kata orang Menado sih begitu..Orang Sunda lain lagi,Naon eta teh bisnis?
Ya mungkin banyak dari kita yang sudah banyak melakukan aktivitas ini, hanya saja kalo mau disuruh mendefinisikan arti dari kata bisnis, kebanyakan kaum awam melongo dan bingung harus jawab apa. Menurut kamus besar Wikipedia business process or business method is a collection of interrelated tasks, which accomplish a particular goal.(www.wikipedia.com/business_process).

Namun, setelah kita diberi tugas untuk mencari pengertian bisnis, dan telah melakukan survei lapangan, kami menyimpulkan bisnis itu adalah suatu aktivitas,usaha,ataupun kerja yang dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok yang bertujuan untuk mencari suatu keuntungan baik bagi dirinyaa sendiri maupun bagi perusahaan.


BISNIS MERIAS JENASAH CUKUP MENGGIURKAN


Pernah dengar profesi merias mayat tidak? Mungkin sebagian orang belum mengenal profesi yang satu ini, karena profesi semacam ini masih sangat jarang dijumpai di tengah-tengah masyarakat. Disamping profesinya masih terbilang unik, profesi seperti ini juga harus membutuhkan skill dan keterampilan khusus,karena merias memang bukanlah hal yang baru,tapi merias orang yang sudah meninggal, yang mempunyai bentuk dan warna yang pasti berbeda dengan orang yang masih hidup pastilah sangat sulit dan harus mempunyai teknik yang khusus. Merias pengantin, selebriti, atau orang yang hendak merayakan sesuatu, itu hal biasa. Namun merias mayat, itu luar biasa. Bayangkan saja, ia mesti berkutat mendandani mayat yang, boleh jadi, tidak keruan rupanya akibat penyakit yang diderita atau kecelakaan yang menimpa. Tak heran bila cuma sedikit yang menjalani profesi ini. Sudah tentu, perias mayat tak melulu bermodalkan keberanian. Ia juga mesti memiliki jiwa seni dan panggilan jiwa untuk menekuni profesi ini.

Karena inti dari pekerjaan merias adalah membuat obyek riasannya menjadi lebih indah, jiwa seni menjadi hal yang penting. Pasalnya, wajah setiap mayat memiliki kontur berbeda-beda. Nah, jiwa seni inilah yang bakal menuntun si perias dalam memoles wajah mayat agar tampak berseri-seri atau tersenyum. Dengan demikian, keluarga yang ditinggalkan tidak terlampau sedih.

Dengan berdasarkan hal itulah kami (mahasiswa kelompok manajemen A Universitas Multimedia Nusantara) mencoba mencari informasi dari berbagai sumber untuk mengetahui informasi tentang profesi dan bisnis yang bisa dibilang unik ini. Dan satu dari sekian banyak perias mayat di Indonesia kami mendapatkan seorang sosok yang sudah 22 tahun mengguluti profesi ini.(www.jawapos .com/metropolis) Ia adalah wanita separuh baya bernama,Dewi Murwati. Selama 22 tahun ia sudah melewati pasang surut dalam menjalani bisnis periasan orang mati ini. Terakhir ini ia menceritakan pengalamannya dalam merias orang yang sudah meninggal.Menurut cerita wanita kelahiran 26 Mei 1958,pengalaman yang sangat berarti baginya ketika ia ditugasi Stephanie Octavia,salah seorang dari pengusaha peti mati untuk merias Sumiarsih,seorang wanita yang divonis pidana mati oleh pengadilan setelah dirinya gagal mengajukan grasi kepada presiden.Ditambahnya lagi,merias orang yang telah meninggal bukanlah hal yang mudah, tidak seperti merias pengantin pada umumnya.Oleh karena itu,banyak pula yang tertarik untuk mengikuti kursus merias jenasah.

Pengalaman dari Dewi Murwati saat merias Sumiarsih terpidah mati ,membuat wanita yang sudah setengah baya itu menganggap dirinya beruntung saat menerima tugas it.Karena ini merupakan pengalaman yang baru dan juga merasa terharu.

Selain Dewi Murwati, kami juga mendapatkan sekelompok orang yang membentuk yayasan untuk mengurusi jasa pemakaman bagi orang asing.(blogberita.net) Meskipun tugas intinya adalah merias, kata Daniel Rusmondo, satu dari lima orang perias mayat di rumah duka St. Carolus, “Tapi ada beberapa rambu yang mesti diperhatikan ketika akan merias mayat.” Pertama, sang perias harus memakai baju khusus seperti baju dokter, kaus tangan, sepatu karet, dan penutup mulut. Ini untuk menghindari bahaya infeksi atau tertular penyakit yang ditimbulkan dari mayat. Misalnya, mayat yang terkena penyakit kencing manis biasanya kondisinya mudah membusuk, kulitnya mudah terkelupas, dan mengeluarkan cairan dengan bau yang tak sedap. Penjelasan Daniel tersebut diamini Maria Magdalena Lena Mulyana (Lena), perias mayat dari rumah duka Atmajaya. Selanjutnya si perias dengan dibantu staf, biasanya tiga orang, mempersiapkan peralatan mandi seperti sabun, sampo, wash lap, dan handuk. Setelah kondisi mayat bersih (baik dalam maupun luar tubuh), mayat diberi pengawet formalin agar tidak cepat busuk dan kulit tidak kisut. Untuk prosesnya sendiri dimulai dari pemberian alas bedak (foundation), bedak, memperindah alis, hingga lipstik. Semuanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Agar wajah obyek tidak tampak pucat, terlebih dahulu dibaluri ramuan dempul seperti lilin buatan Switzerland. Bahan ini bisa tersamar dengan warna kulit. “Saya tinggal memoleskan foundation dan bedak, maka mayat akan tampak segar,” ujar Lena.

Selain Daniel dan Lena, ada juga Josaphat R. Ranuadmadja (Yosef),yang sudah sekitar 70 tahun, menekuni pekerjaan tersebut sejak 1983 di Balikpapan, Kalimantan Timur, lewat Yayasan Kasimo. Orang asing yang menggunakan jasanya merupakan karyawan perusahaan modal asing dan lokal di situ. Salah satu pengalamannya di dunia bisnis merias mayat adalah ketika Kasus Busang pada medio 1990-an meninggalkan kesan mendalam bagi Yosef. Ialah yang mengurus jenazah Antonio de Guzman, geolog penemu “cadangan emas” terbesar di dunia. Konon, de Guzman tewas bunuh diri meloncat dari helikopter ketika skandal terbuka. Mayatnya sudah rusak ketika ditemukan sepuluh hari kemudian. Pihak kepolisian kesulitan membersihkannya. Akhirnya, “Saya masukkan empat liter cairan Baygon lewat anus, dipompa dengan kompresor untuk mengusir belatung,” ujar Yosef. Ia ikut dalam proses evakuasi jenazah dari pedalaman Kalimantan Timur hingga mengantar ke Manila.

Oleh sebab itu, karena profesi ini terbilang langka, maka budget yang harus dikeluarkan untuk sekali merias orang mati bisa dikatakan cukup fantastis.Mulai dari 1,2 juta hingga bisa menembus 2,5 juta.Itupun hanya untuk sekali make up.Jika dikalkulasikan setiap bulannya bisa merias 10 orang,revenue yang bisa didapat bisa mencapai 12-25 juta. Itupun hanya dikalikan sepuluh orang, karena setiap tukang make up atau perias biasanya kerja sama dengan pihak rumah sakit atau rumah duka, dan orang yang meninggal setiap bulannya bisa mencapai lebih dari 10 orang.

Tertarik mencoba bisnis yang satu ini..??

Kamis, 11 September 2008

NIKMATNYA BASO RATNO

BASO SAPI
"RATNO"
Pasar Sinpasa K-129
Sentra Gading Serpong


Pemilik : Suratno
Asal : Kebumen, Jawa Tengah
Tanggal lahir: 31 Mei 1970
Status : Menikah
Anak : 1


Baso,,, makanan yang satu ini pasti sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Mulai dari kalangan atas hingga
kalangan bawah pasti pernah mencoba yang namanya baso. Yang namanya baso pasti bisa dijumpai dimana saja, mulai dari pedagang keliling, pinggir jalan, hingga mal-mal besar di kota-kota besar.

Kami dari kelompok ANT'Z (mahasiswa manajemen Universitas Multimedia Nusantara) berhasil mewawancarai salah satu tukang baso yang bisa dikatakan sukses. Pak Suratno salah satunya. dengan pengalaman 6 tahun silam sebagai pedagang baso keliling, kini ia telah membuka kios baso di pasar Sinpasa, Gading Serpong. Pada awalnya, dengan hanya bermodalkan gerobak ia bekerja keras keliling Bekasi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di kampung. Namun, dengan tekad dan semangat yang gigih ia mampu melebarkan sayap usahanya hingga memiliki kios yang berlokasi di pasar Sinpasa, Gading Serpong. Selain itu, ia juga mampu menyekolahkan anaknya dan membangun rumah di daerah asalnya. Keberhasilannya itu, tidak luput dari kerja sama dan doa dari orang-orang terdekat. Buktinya dalam mengelola kiosnya ia tidak mengerjakan orang lain melainkan saudaranya, antara lain Didi, Tirmin, dan Pak Darmin. Kioas baso Pak Suratno ini tidak pernah sepi dari pelanggan. Bayangkan saja dalam seharinya, kiosnya bisa menjual hingga 400 mangkok. Menurut pengakuan dari salah satu pelanggan, baso di kios Pak Suratno ini sangatlah enak dan bumbu-bumbunya pun sangat terasa. Untuk sehari-harinya, Pak Suratno masih menyewa kios di Pasar Sinpasa, dengan membayar uang sewa sebesar Rp 800.000/bulan. Keuntungan yang didapat oleh Pak Suratno pun bisa dibilang luar biasa, karena sebagai seorang penjual baso yang belum lama merintis kios baso; setiap harinya ia bisa mengumpulkan keuntungan sebesar Rp 500.000 dengan omset per hari mencapai Rp 2.500.000. Jika mengingat pada keadaan dulu, pria yang telah mempunyai 1 orang anak ini mengaku modal awal yang hanya dimilikinya pada waktu itu hanya Rp 400.000an.

Namun, dibalik kesuksesan Pak Suratno dan kios basonya, ia tetaplah orang yang rendah hati. Menurut bapak yang berumur 38 tahun itu, kiosnya sebenarnya bukan yang paling enak, karena masih banyak juga kios makanan yang jauh lebih enak dari basonya. Tapi seperti kebanyakan orang yang mempunyai mimpi, ia juga mempunyai impian agar suatu hari nanti kios baso "Ratno" miliknya bisa membuka cabang di tempat baru dan lebih dikenal khalayak luas.

Nah, bagi siapa yang penasaran dan ingin mencoba kelezatan dari baso Pak Suratno, bisa langsung datang ke kios baso sapi "Ratno" di alamat Pasar Sinpasa K-129, Sentra Gading Serpong, yang dibuka dari pukul 06.30-15.00. Harga yang ditawarkanpun sangatlah terjangkau, mulai dari Rp 7.000 untuk baso biasa, Rp 9.000 untuk baso urat dan telor.


Rabu, 10 September 2008

Smart Card Ditunda Hingga 2009

KOMPAS: Rabu, 10 September 2008 | 18:08 WIB

JAKARTA, RABU - Pemerintah memutuskan untuk menunda program smart card, yang bertujuan untuk membatasi pemakaian BBM bersubsidi jenis premium dan solar, hingga tahun 2009.

"Ini dikarenakan pertimbangan teknis, serta pertimbangan lainnya. Puncaknya adalah ditariknya keputusan menteri mengenai penunjukan Kepala BHP Migas sebagai pelaksana smart card," tutur Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Tubagus Haryono saat Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan BPH Migas, Rabu (10/9) di Jakarta.

Menurut Tubagus, pihaknya telah melakukan persiapan secara maksimal, seperti melakukan survei perilaku konsumen pengguna kendaraan bermotor di Jabodetabek, dan menyiapkan lelang pengadaan barang dan jasa untuk smart card.

" Selain itu, BPH Migas juga telah memberi kesempatan kepada seluruh vendor smart card dan card reader untuk menyampaikan presentasi tentang kehandalan smart card yang dimiliki masing-masing vendor," tuturnya saat Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan BPH Migas, Rabu (10/9) di Jakarta.

Guna mengendalikan volume konsumsi BBM bersubsidi, lanjut Tubagus, BPH Migas akan segera mengeluarkan regulasi untuk mengendalikan penggunaan BBM bersubsidi oleh masing-masing sektor transportasi laut, transportasi darat pendukung sektor pertambangan, kehutanan, industri, perikanan, komersial, dan beberapa jenis pelayanan umum yang sudah komersial seperti rumah sakit internasional.

"Namun, sebelum mengeluarkan regulasi ini, BPH Migas akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait," tuturnya.